Dari judulnya harus diakui buku ini mencuri perhatian. Lugas. Toko Tionghoa. Siapapun tahu roda ekonomi dunia sejak jaman kuda gigit besi didominasi oleh etnis Tionghoa.
Jika kemudian superioritas ekonomi itu menimbulkan iri dengki. Mungkin ada baiknya buku tipis karya Istijanto Oei menjadi satu referensi untuk mencuri ilmu dagang etnis China yang terkenal ulet berusaha ini.
Sekali lagi saya sebut buku ini menarik karena penulis mengajak perbincangan bisnis etnis China lewat toko. Bicara bisnis Tionghoa yang menggurita, toko adalah batu penjuru kesuksesan.
Sebut saja taipan dalam negeri Liem Sioe Liong yang memulai usahanya dari sebuah toko minyak kacang di Kudus-Jateng hingga Hari Darmawan, pendiri Matahari Deparment Store.
Untuk menjadi raksasa semuanya berawal dari toko. Membuka toko adalah pilihan pekerjaan yang menjanjikan kesuksesan karena pemasukan dari toko tidak memiliki batas.
Jika ulet berusaha dan hoki bagus. Bukan tidak mugkin uang jutaan rupiah bisa masuk kantong pemilik setiap hari. Selain itu membuka toko juga tidak perlu modal besar alias modal nol rupiah pun jadi.
Oei menyebut modal utama dari memulai bisnis toko adalah kepercayaan dan jaringan. Banyak bukti toko yang dibangun dari nol lalu berkembang pesat sampai memiliki cabang.
Selain itu bagi masyarakat Tionghoa berdagang atau membuka toko adalah pekerjaan bergengsi, bagian dari perbincangan, atau jalan hidup yang telah diwariskan secara turun temurun.
Satu hal yang lain tidak bisa diabaikan adalah dengan membuka toko memberikan keleluasaan waktu. Sebagai pemilik mereka tidak harus berada di toko terus menerus sehingga waktu antara kerja dan keluarga bisa terjaga.
Namun hal terpenting yang menjadi motivasi orang Tionghoa membuka toko karena dengan memiliki usaha sendiri artinya memiliki kemandirian. Semua kesuksesan ada di tangan sendiri.
Nilai usaha dan hasil sepadan
Memulai usaha dengan membuka toko tak membutuhkan banyak hitung-hitungan njlimet. Penulis mengajak pembaca dengan prinsip memutar uang secara sederhana lewat margin yang paling kecil pun, usaha toko sudah bisa membiakkan uang yang dimiliki lebih cepat dari menyimpannya di brankas bank.
Selain itu penulis memberikan fakta bahwa usaha toko tak akan pernah mati asalkan dikelola dengan serius sebab industri ini selalu dibutuhkan oleh masyarakat, baik masyarakat kelas bawah maupun kelas teratas.
Namun ada prinsip yang wajib dipenuhi yaitu, bisnis harus memberikan keuntungan. Hanya saja orang Tionghoa tidak selalu mengejar nilai keuntungan yang besar dalam setiap transaksi.
Bagi masyarakat Tionghoa, yang dibidik adalah keuntungan jangka panjang. Meskipun nilainya kecil namun coan (keuntungan) harus ada. Untuk itu diperlukan ketajaman membaca peluang
Kepiawaian lain yang harus terus dilatih adalah membina hubungan dekat dengan pelanggan layaknya teman atau hoping untuk itu sang pemilik toko harus berani memberikan pelayanan yang tulus untuk menciptakan customer satisfaction yang ujung-ujungnya customer loyalty.
Ketika dua hal tersebut terbentuk, pelanggan akan secara sukarela memberikan rekomendasikan toko Anda kepada rekan-rekannya. Hal inilah yang menjadikan toko Tionghoa langgeng dan berkembang pesat.
Hal terpenting ketika memulai bisnis toko menurut penulis adalah keberanian. Tekad untuk sukses, kepercayaan dan jaringan. Keberanian adalah modal utama untuk sukses dan tidak putus asa jika gagal.
Modal kedua adalah kepercayaan yang sellau dijaga baik kepada pelanggan maupun pemasok. Sementara jaringan atau relasi yang luas adalah jaring pengaman kelangsungan bisnis.
Selebihnya buku ini berisi strategi bisnis toko yang secara teknis sudah umum namun penulis tetap memberikan ruang bagi pembaca untuk mendengarkan apa kata hati.
Barangkali kekurangan buku ini adalah menggunakan foto ilustrasi dari China Town di Hong Kong. Padahal daerah Pecinan di Indonesia tak kalah eksotisnya. Mulai dari Medan sampai Jayapura situs China Town mudah ditemui.